Suara Pembaruan (18/01/07): Mutu pendidikan matematika di Indonesia masih rendah. Ketua Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI), Firman Syah Noor mengatakan prestasi matematika siswa kelas 8 (setara SMP kelas 2) di Indonesia masih lebih rendah dibanding-kan dengan Malaysia dan Singapura yang jumlah jam pengajarannya setiap tahun lebih sedikit dibandingkan Indonesia.”Prestasi kita 411, Malaysia prestasinya 508, dan Singapura 605. Padahal jam pelajaran di Indonesia adalah 169 jam rata-rata setiap tahun. Sedangkan Malaysia 120 jam dan Singapura hanya 112 jam,” terangnya dalam konferensi pers The First Symposium on Realistic Teaching in Mathematics di Bandung, Selasa (16/1).
Bila nilai tersebut bi- la dikelompokkan, kata Firman, nilai 400-474 termasuk rendah, 475-449 termasuk menengah, 550-624 termasuk tinggi, dan 625 termasuk tingkat lanjut. Nilai tersebut, sambungnya, merupakan hasil analisis pelaksanaan Trends in International Mathematics and Science Study yang dilakukan Frederick KS Leung dari The University of Hong Kong.”Hasil analisis itu menunjukkan di Indonesia lebih banyak waktu yang dihabiskan siswa di sekolah, tetapi tingkat prestasi siswanya rendah,” katanya.
Penyebabnya, terang dia, kebanyakan soal matematika yang dikerjakan di ruang kelas diekspresikan dalam bahasa dan simbol matematika yang pengajarannya tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, siswa merasa takut dan malas belajar matematika.
Simposium
Terkait prestasi tersebut, AGMI dan Moslem Statisticians and Mathematicians Society in South East Asia (MSMSSEA) mengadakan simposium bagi guru matematika dari semua tingkatan sekolah untuk meningkatkan keterampilan, wawasan guru dalam mengajarkan matematika di Aula Salman, Bandung.
“Guru itu harus dapat menjelaskan matematika kepada siswa yang bisa diterapakan dalam kehidupan sehari-sehari, sehingga matematika mampu memecahkan persoalan-persoalan yang ada dalam lingkungannya,” papar salah seorang pembicara dalam simposium Prof Dr Maman A Djauhari, yang juga merupakan guru besar matematika Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sedangkan menurut ketua simposium, Eriyanto, pihaknya ingin para guru mendapatkan gambaran tentang apa dan bagaimana penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. “Maka, pembicara juga didatangkan dari berbagai bidang sehingga jelas kaitan matematika dengan bidang lain,” katanya.
Pembicara lain yang hadir adalah Prof Dr H Ismail Bin Mohd Bin Ibrahim dari Malaysia, Prof Dr RE Soeriaatmaja (guru besar lingkungan ekologi ITB), Ir Hermawan KE PhD (dosen fisika teknik ITB), dan juga Ir Khaerul Ummah MT (dosen teknik penerbangan ITB). [153]
Labels: Evaluasi Pembelajaran