Oleh : Administrator
Penulis: Uhay dan Irine Puspita (Guru SLB Negeri Subang) www.plbjabar.com
Memasuki lingkungan baru selalu menjadi problema bagi semua orang. Apalagi bagi mereka yang mempunyai kebutuhan khusus yang diakibatkan oleh kelainan. Termasuk anak tunanetra. Baik bagi mereka yang baru masuk sekolah, maupun bagi merekayang sudah bersekolah. Persoalan berat akan sangat terasa bagi mereka yang barupertama kali memasuki dunia sekolah. Beragam kesan dan rasa muncul pada dirinya.Umumnya lingkungan baru memberikan rasa tidak nyaman bagi anak tunanetra, kadangdibarengi dengan ketakutan-ketakutan yang sangat berlebihan. Setiap langkah yangditapaki anak tunanetra menjadi masalah baginya. Teman yang menghampiri, menjadiseseorang yang amat asing untuk dikenalnya. Ia akan menarik diri jika ada yang inginberkenalan dengannya. Sikap egois, cepat marah, mudah curiga, takut terhadaplingkungan baru, dan sebagainya. Jelasnya, anak tunanetra kurang dapat melakukaninteraksi sosial yang memuaskan atau interaksi sosialnya mengalami keterbatasan.Keadaan ini tentunya menimbulkan persoalan tidak saja bagi sang siswa, tetapi jugabagi guru dan teman-teman di lingkungan sekitarnya.Interaksi merupakan perhatian timbal balik antara dua orang atau lebih terhadapsuatu objek atau orang ke tiga. Perhatian timbal balik ini sering kali direspondengan isyarat, ujaran atau tindakan. Soerjono Soekanto (1986: 51) mengutip pendapatYoung dan Raymond dan Gillin dan Gillin menjelaskan, bahwa: “Interaksi sosialmerupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antaraorang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orangperorangan dengan kelompok manusia.”Anak tunanetra memiliki ganguan fungsi penglihatan baik sebagian atau seluruhnya,sehingga menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan dirinya, seperti: padaperkembangan kognitif, perkembangan akademik, perkembangan orientasi dan mobilitasserta perkembangan sosial dan emosi. Hal ini mengakibatkan anak tunanetra dalammenjalankan perannya sebagai makhluk sosial seringkali mengalami hambatan-hambatan.Ini dikarenakan anak tunanetra kurang mampu memiliki persyaratan-persyaratannormatif yang dituntut dari lingkungannya, misal: kemampuan untuk menyesuaikan diridalam bergaul, cara menyatakan terimakasih, saling menghormati, kemampuan dalamberekspresi, cara melambaikan tangan, dan lain-lain.Adanya perubahan lingkungan baru bagi anak tunanetra memberikan benturan-benturan,yang dapat mengakibatkan hal-hal yang menyenangkan atau mengecewakan. Anak tunanetraharus dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian sosial dalam lingkungan sekolah. Bagianak tunanetra hal ini sangatlah sulit, karena anak harus menyesuaikan diri denganlingkungan yang baru di sekolah, baik secara pasif maupun secara aktif.Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan perilaku sosial dalamberinteraksi dengan lingkungan, mereka harus mampu memanfaatkan alat indera lain.Alat indera yang dapat dikembangkan seperti: pendengaran, perabaan, penciuman danpengecap. Hal ini sebagai upaya memperlancar interaksi sosial dengan lingkungannya,walaupun hasilnya tidak sebaik dan selengkap jika dibarengi dengan adanya inderapenglihatan.Selain itu, adanya kesiapan mental anak tunanetra untuk memasuki lingkungan baruatau kelompok lain yang berbeda, akan sangat baik dalam pengembangan sosialnya.Sebaliknya, ketidaksiapan mental anak untuk masuk ke dunia baru sering mengakibatkananak tunanetra gagal dalam mengembangkan kemampuan interaksi sosialnya. Jikakegagalan dianggap sebagai tantangan dan merupakan pengalaman yang terbaik, maka halini akan menjadi modal utama untuk memasuki lingkungan baru berikutnya. Namunapabila kegagalan tersebut merupakan ketidakmampuan, maka akan timbul rasafrustasi/putus asa, menarik diri dari lingkungan.Keterbatasan interaksi sosial pada anak tunanetra patuh dipahami oleh semua pihak,terutama orang tua dan guru. Orang tua dan guru berkewajiban mengupayakan agarinteraksi sosial yang dimiliki anak tunanetra dapat ditingkatkan. Guru mempunyaiperanan penting dalam menghadapi anak tunanetra agar mampu berinteraksi denganlingkungan di sekolah, sebab guru sebagai orangtua di sekolah yang harus siapmelayani pendidikan anak tunanetra dengan segala bentuk kekurangannya, khususnyadalam mengembangkan kemampuan interaksi sosial anak tunanetra di Sekolah LuarBiasa.Faktor-faktor yang dapat menghambat interaksi anak tunanetra ketika berada disekolah yaitu:1. Pengalaman buruk yang diterima sebelum berada di sekolah.2. Mobilitas yang belum terlatih, sehingga memunculkan keraguan pada diri anak untukmelakukan kontak sosial dan komunikasi.3. Persepsi yang ditanamkan orang-orang terdekat terhadap kontak sosial.4. Minat yang dimiliki anak tunanetra.5. Peran individu lain di lingkungan sekitarnya terhadap kehadiran dirinya.Interaksi sosial anak tunanetra di Sekolah Luar Biasa juga dipengaruhi olehperbedaan kepribadian dan kecakapan yang dimiliki anak. Dalam hal ini, guru memilikiperan yang sangat besar untuk terlibat dalam interaksi sosial anak tunanetra disekolah. Peran yang dilakukan guru yaitu, mengadakan hubungan dengan guru-guru lain,teman-teman seusia dan orang lain yang ada disekitar lingkungan sekolah. Pengalamandalam berinteraksi di lingkungan rumah yang dibimbing orang tua, juga sangatmenentukan kepribadian dan kecakapan anak tunanetra pada saat berada di sekolah. Sekolah memiliki norma-norma dan aturan-aturan yang berbeda dengan norma-norma danaturan-aturan yang berlaku di rumah. Di sekolah anak tunanetra akan dihadapkan padaberbagai aturan dan disiplin yang berlaku pada lingkungannya. Masa transisi dariorientasi lingkungan keluarga ke sekolah tidaklah mudah. Hal ini sering menimbulkanmasalah pada anak tunanetra. Ketidaksiapan mental anak tunanetra dalam menghadapilingkungan baru di sekolah atau kelompok lain yang berbeda, seringkali mengakibatkangagal dalam mengembangkan kemampuan sosialnya. Apabila kegagalan tersebut dihadapipada suatu kenyataan dan tantangan, maka hal ini biasanya menjadi modal utama dalammenghadapi lingkungan yang baru. Namun jika kegagalan dihadapi sebagai suatuketidakmampuan, maka sikap-sikap ketidakberdayaan yang akan muncul menumpuk menjadisebuah rasa putus asa yang mendalam dan akhirnya menghindari kontak sosial.Pengalaman sosial yang dimiliki seseorang dapat menentukan daya yang memungkinkanseseorang dapat menguasai lingkungan, penguasaan diri atau hubungan antara keduanya.Adanya kehilangan fungsi penglihatan pada anak akan mengakibatkan terjadinyaketerpisahan sosial. Anak dengan ketunanetraan seringkali mengalami kesulitan untukmenyelaraskan tindakannya pada situasi yang ada. Keterbatasan kemampuan yangdimiliki membuat anak tunanetra merasa terisolasi dari orang-orang normal, ataudapat menimbulkan perasaan minder, bimbang, ragu, tidak percaya diri, jika beradadalam situasi yang tidak dikenalnya.Situasi dan aktivitas di sekolah bagi anak tunanetra yang hanya beberapa jam dalamsehari, sesungguhnya menggantikan posisi keluarga. Peran orang tua diganti olehbapak/ibu guru, peran saudara diganti oleh teman-teman, dan sebagainya. Sedangkankontak sosial dan komunikasi di sekolah terjadi di dalam dan di luar kelas.Interaksi yang terjadi di dalam kelas berlangsung antara guru dengan siswa, dansiswa dengan siswa. Supaya kontak dan komunikasi berjalan lancar, maka setiap wargasekolah harus memahami dalam situasi mana interaksi itu berlaku. Pemahaman dariseluruh warga sekolah dapat membantu anak tunanetra untuk bisa melakukan kontaksosial seperti yang diharapkan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematik melaksanakanprogram bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu anak tunanetra agarmampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral,spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Melalui program bimbingan,pengajaran, dan latihan anak tunanetra mendapatkan perhatian khusus dalam halinteraksi sosial di sekolah. Dalam hal ini, guru memiliki peran yang besar, agaranak tunanetra memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan individu lain yangberada di sekitar sekolah. Guru membimbing anak tunanetra secara bertahap,disesuaikan dengan dasar pengalaman anak tunanetra ketika berada dalam lingkunganrumahnya.Program bimbingan, pengajaran, dan latihan di sekolah yang berkaitan dengankebutuhan interaksi sosial anak tunanetra dapat diberikan guru dalam bentuk:1. Bimbingan untuk mengenal situasi sekolah, baik dari sisi fisik bangunan maupundari sisi interaksi orang per-orang.2. Menumbuhkembangkan perasaan nyaman, aman, dan senang dalam lingkungan barunya.3. Melatih kepekaan indera-indera tubuh yang masih berfungsi sebagai bekal pemahamankognitif, afektif dan psikomotornya.4. Melatih keberanian anak tunanetra untuk mengenal hal-hal baru, terutama hal-halyang tidak ia temui ketika berada di rumah.5. Menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian dalam berkomunikasi dan melakukankontak.6. Melatih mobilitas anak untuk mengembangkan kontak-kontak sosial yang akandilakukan dengan teman sebaya.7. Memberikan pendidikan etika dan kesantunan berkaitan dengan adat dan kebiasaanyang berlaku dalam suatu daerah. Pendidikan etika yang berlaku di rumah dapatberbeda ketika anak tunanetra masuk dalam lingkungan baru dengan beragam kepribadianindividu.8. Mengenalkan anak tunanetra dalam beragam karakter interaksi kelompok. Hal inidapat memberikan pemahaman bahwa tiap kelompok memiliki karakter interaksi yangberbeda. Misalnya kelompok anak-anak kecil, kelompok remaja, atau kelompok orangdewasa.Interaksi sosial yang baik maupun yang kurang baik merupakan proses yang tidakditurunkan bagi anak tunanetra, melainkan diperoleh melalui proses belajar,bimbingan dan latihan. Pengaruh internal maupun eksternal yang positif dan negatif,secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi anak tunanetra dalamberinteraksi. Untuk menghindari terjadinya perilaku yang kurang baik pada anaktunanetra dalam bergaul perlu ditanamkan kemauan yang kuat. Kemauan yang kuat padadiri anak tunanetra dapat menimbulkan kepercayaan pada diri. Anak tunanetra jugadapat membedakan antara perilaku yang baik dan kurang baik dalam berinteraksi denganlingkungannya melalui program pengembangan interaksi sosial.

0 Comments:

Post a Comment